Malam yang meradang, di setiap sela hasrat yang menggebu---keringat tipis
mengucur jatuh menyatu dengan tanah. Bukanlah suatu kehidupan yang begitu
menyenangkan sebenarnya, ia lebih kepada suatu kehidupan yang mengindahkan
kejenuhan. Si Lenis merangkul penuh waktu dalam kejenuhan.
"Liyan, buanglah semua kebodohan yang nampak selalu saja kau benturkan",
teriak Lenis nada sinisnya. Membahasakan secara moralis yang mengedepankan
dirinya sebagai proporsi diatas rata-rata sesuai tonggak. Membentuk pola yang
sudah ter-skemakan menjadi bentuk tanpa perubahan---berputar ke arah yang sama
tanpa pertimbangan.
Sang Liyan tak mengindahkan apa pun perkataan dari Lenis. Dia tetap memiliki
pelbagai skema dunia yang nilainya tidak terbatas pada isapan jempol saja.
Terobosan yang selalu merangsang akal dari pelbagai koneksi bercabang tidak
teratur. Sebuah paradigma yang tidak konstan, mengalir memiliki pelbagai lintasan tanpa menjemukan. Melintasi malam dan siang dengan semangat
ketidaksewenangan.
Membangun watak diatas tatanan baku telah mengatur segala perbuatan Lenis,
Napalean, dan Ken; seperti keadaan bentuk skenario yang begitu kukuh. Perubahan
dianggap tabu dan gila, demikian latah jika mereka melihatnya begitu berbeda.
Mereka telah teratur menjalankan kebosanan ini. Memutar hari dengan
mengorbankan dirinya terlindas waktu diatas ketentuan yang memilukan. Hati dan
akalnya tak bergerak ingin beranjak menuju dunia baru. Demokrasi yang hendak
menindas dirinya perlahan. Angan menggebu-gebu rapuh pada permainan pada rupa
tak terpahat. Wajahnya samar dengan mata tertuju pada lazimnya satu bentuk imaji. Hidup yang hanya dipenuhi kekosongan dan kesia-siaan. Bermain pada satu dekade begitu mengangkangi kejumudannya. Nafsu yang dikebirinya menjadikan dia terpenjara tak memiliki hasrat kekreatifan.
Liyan tetap merenungi tragedi ini. Berharap do'a yang ia gemakan menjadi acuan
aksi yang menggelora tanpa patah semangat. Kebohongan apa untuk diharapkan?
Mata berbinar terpaku sia-sia satu sama lain. Lenis memiliki aura sinis pada
peeadaban---paranoia melihat peristiwa yang terhayati. Suatu petaka sudah terjadi
menyimpulkannya menjadi satu tema yang dianggapnya absurd.
"Mainkan saja apa yang dimainkan seperti kemarin", usik Napalean pada Liyan
dengan wajah nampak gundah serta bingung. Nada memaksa oleh Napalean mengeluarkan rasa kebosanan sangat mendalam. Terprovokasi untuk membumikan
kesia-siaan.
Diantara malam yang gemulai pendar akan cahaya dari gemintang, dan sorot
lampu yang menusuk penglihatan menitihkan gemerisik dengan hati-hati. Nada
bahasa yang selalu sama terucap sebagai tragedi yang diulang-ulang seperti naskah
yang begitu kaku. Kesunyian wacana memperburuk suasana---memekikkan suara
sumbang setiap kebisuan.
Tempat adalah wadah mempesona. Perihal tempat sebagai wadah sering
dijadikan situasi aman yang amat tiba-tiba di duduki sampai lupa hendak bergerak.
Berdiam diri dengan kesibukan masing-masing sebagai perolehan membosankan
(memainkan atribut yang sama). Dengan lelah semua tetap pada aturan yang
memaksanya. Berkeliling di tempat yang sama menghabiskan waktu sebagai tatanan
terharuskan secara tidak sadar. Dan Liyan membuang mimpi-mimpi kebosanan ini.
Malam terusik dengan nyanyian yang dimainkan, sehingga terus berputar tanpa
ritme yang menggubah (diam, selalu sama).